Translate This !

Thursday, April 1, 2010

Fisiografi Umum Pulau Jawa

Sejarah Pembentukan (Genesis) Pulau Jawa
pulau jawa






Rekonstruksi geologi Pulau Jawa dapat dilakukan mulai Kala Miosen. Sebelum Miosen sejarah dan paleogeografi hanya didapat beberapa singkapan batuan di Jawa Barat dan Jawa Tengah sangat sedikit, yaitu pada zaman Eosen dan akhir kala Kapur. Pada zaman itu situasi Pulau Jawa mungkin mirip dengan situasi Kepulauan Banda dan Maluku Tenggara. Di Kepulauan Maluku terdapat 2 sistem busur, yaitu, busur dalam atau busur volkanis, dan busur luar atau busur non volkanis. Pada Kala Kapur hingga Oligosen Tengah diperkirakan busur volkanis terbentuk di Laut Jawa dan satu busur non volkanis terbentuk di daratan Pulau Jawa. Paleogeografi dari busur non volkanis diperkirakan berumur Eosen. Batuan pada busur non volkanis tersusun oleh fragmen kerak bumi (quasi-continental crust) yang tertimbun pada jalur subdaksi, dan mengandung banyak kwarsa. Mineral ini sangat dominan dalam batuan berumur Eosen, berasal dari gunungapi asam, baik yang terdapat di daratan maupun lingkungan marin. Antara busur volkanis dan busur non volkanis terdapat cekungan busur luar yang relatif dalam, terletak di sekitar pantai utara Pulau Jawa. 

Pada akhir Oligosen dan awal Miosen terjadi perubahan yang tegas, yaitu jalur subdaksi bergeser ke selatan (lihat Gambar 2.2). Busur volkanis diperkirakan di pantai selatan Pulau Jawa sekarang. Gunungapi tersebut muncul dari dasar laut membentuk deretan pulau gunungapi. Aktivitas volkanik ini merupakan tahap pertama dalam pembentukan Pulau Jawa. Pada garis besar paleogeografi Pulau Jawa ini, yaitu satu busur bergunungapi dengan laut dangkal yang luas (back arc shelf) sampai Kalimantan, kondisi ini ada sampai Pliosen Tengah. Selama periode ini, busur dalam menggeser ke utara hingga Pantai Utara Jawa. Di samping itu, laut dangkal mengalami pengangkatan membentuk daratan, sehingga sedimen marin muncul ke atas permukaan laut. Dinamika proses tektonis, baik pengangkatan maupun penenggelaman serta aktivitas volkanis merupakan proses geologi yang pernah terjadi di Pulau Jawa, sehingga memberikan keunikan sejarah geologi. Pada batas Kala Pliosen dan Kuarter bentuk Pulau Jawa pada garis besar sudah muncul. Pada akhir Pliosen diperkirakan Pulau Jawa sering tenggelam, yang muncul di permukaan hanya perbukitan di bagian selatan Jawa. Paleogeografi waktu itu mungkin mirip dengan keadaan di Sumatera sekarang dengan suatu dataran aluvial pantai yang sangat luas. Bagian berbukit mulai terangkat pada awal Kuarter di Jawa Tengah. Pada Kala Kuarter Pulau Jawa terbentuk oleh subdaksi, membentuk jalur volkanik regional. Pada Plestosen Tengah, kegiatan volkanik mencapai puncaknya, mengakibatkan pembentukan jalur bergunungapi di bagian tengah Jawa.
Pulau Jawa merupakan pulau yang terbentuk diatas zona subduksi


Pada zaman Kuarter terjadi perubahan iklim di bumi secara tegas. Sebelumnya pada zaman Tersier iklim di wilayah Indonesia merupakan iklim tropis lembab dengan suhu rata-rata per tahun lebih tinggi dari pada sekarang. Berdasarkan data geologis, pernah terjadi jaman es, yaitu sebagian besar air laut menjadi es, sehingga permukaan air laut menurun, daratan bertambah luas. Peristiwa yang lain adalah jaman pencairan es, sehingga muka air laut naik. Akibat peristiwa tersebut adalah terbentuknya teras marin, pembentukan sedimen pada lingkungan marin di darat dan pembentukan sedimen darat pada lingkungan marin. Sedimen dan teras tersebut sekarang dapat ditemukan pada beberapa lokasi di Jawa. Secara rinci peristiwa ini dapat dipelajari pada Paleoklimat. Pada jaman es terjadi penurunan air laut antara 50 meter sampai 100 meter, sehingga Laut Jawa menjadi daratan yang sangat luas. Pulau Sumatera, Kalimantan, dan Pulau Jawa menjadi satu daratan. Pada sejarah geologi perubahan iklim terhadap lingkungan sangat jelas, karena iklim sangat berpengaruh terhadap tetumbuhan, proses pelapukan, erosi dan gerak massa batuan, yang sangat menentukan bentukan geomorfologis, dan pembentukan tanah. Perubahan secara geomorfologis dapat diamati baik secara langsung di lapangan maupun berdasarkan peta atau foto udara. 




sumber : Laporan KKL 1 : Pengenalan Bentang Lahan (Munawaroh, 2009)

2 comments:

  1. makasih mbak... brmanfaat & mnambah pengetahuan..

    ReplyDelete
  2. iyaaa sama sama.. semoga bermanfaat yaa.. maaf kalo masih kurang kurang .. hhe

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...