Perbukitan Jiwo, Bayat oleh peneliti terdahulu diinterpretasikan memiliki tatanan tektonik mirip dengan daerah Luk Ulo, Karangsambung (Asikin, 1974; Hamilton, 1979). Beberapa peneliti telah melakukan kajian geologi secara umum di daerah ini, diantaranya Bothe (1929), Van Bemmelen (1949), Sumosusastro (1956),
Sumarso dan Ismoyowati (1975), Sartono dkk. (1986, dalam Setiawan, 2000); Toha dkk. (1994); dan Setiawan (2000). Diantara penelitian terdahulu ini, Sartono dkk.(1986) dan Setiawan (2000) meneliti secara khusus tentang batuan Pra-Tersier daerah Perbukitan Jiwo, Bayat. Sartono dkk (1986) menginterpretasikan terdapatnya berbagai jenis batuan metamorf di Bayat sebagai hasil polydeformation yang berkaitan dengan orogenesa Variscia dan orogenesa Larami. Setiawan (2000) berdasarkan kemiripan arah struktur dan dijumpainya tanda-tanda berkembangnya struktur boudin di lokasi-lokasi tertentu di Jiwo Barat menginterpretasikan bahwa Komplek batuan Pra-Tersier Bayat menunjukkan kemiripan dengan Komplek Melange Luk Ulo.
Kelompok batuan Pra-Tersier Perbukitan Jiwo, Bayat secara umum terdiri dari filit, sekis dan marmer. Filit merupakan litologi yang dominan dijumpai, baik di daerah Jiwo Timur dan Jiwo Barat, di lokasi-lokasi Gunung Konang, Gunung Semangu, Gunung Merak, Gunung Kebo, Gunung Budo, dan Gunung Sari. Sebagian besar singkapan filit dalam keadaan lapuk; hanya sedikit singkapan filit yang segar. Pada singkapan filit biasanya dijumpai urat-urat kuarsa dan kalsit sejajar foliasinya. Komposisi filit terdiri dari mineral kuarsa yang hadir dominan (60-70%), klorit dan serisit (20-25%), sedikit mineral opak. Sejumlah sampel filit dan sekis merupakan calc phyllite dan calc schist karena komposisi mineral kalsitnya berkisar 15-60%.
Singkapan sekis dijumpai setempat-setempat, seperti di Jiwo Timur dijumpai di bagian barat G.Jokotuo, G.Konang, G. Semangu, dan lereng tenggara Gunung Pendul, sedangkan di Jiwo Barat lereng selatan G. Merak. Di lokasi sekis ini terdapat sebagai fragmen dalam batulempung Eosen Formasi Wungkal-Gamping. Hasil analisis petrografi menunjukkan, bahwa mineralogi penyusun sekis ini antara lain mineral kuarsa (40-55%), felspar (10-15%), muskovit (10-35%), dan sedikit mineral opak seperti yang ditunjukkan oleh sampel
BY-50. Diantara sekis ini, sampel BY-53 (Lokasi: lereng selatan G.Konang) komposisinya ada yang mengandung garnet (15%) disamping kuarsa dan muskovit.
Marmer singkapannya terdapat di daerah Jokotuo dan lereng utara Gunung Jabalkat. Terdapat menyisip di dalam filit, singkapan marmer ini memiliki sebaran tidak terlalu luas dan terpotong oleh sesar seperti yang terdapat di daerah Jokotuo. Hasil analisis petrografi memperlihatkan komposisi mineralogi yang terdiri dari mineral kalsit (85 %), kuarsa (10 %) dan sedikit mineral opak.
Umur batuan Pra-Tersier di daerah Perbukitan Jiwo, Bayat diinterpretasikan berdasarkan kontak ketidakselarasan dengan batuan Eosen yang menumpang di atasnya. Belum adanya penentuan umur berdasarkan penanggalan radiometri kemungkinan karena sulitnya memperoleh singkapan batuan sekis yang segar. Penelitian ini berhasil mendapatkan beberapa sampel segar sekis kuarsa-mika yang merupakan fragmen di dalam batupasir kerikilan yang tersingkap di bagian tengah Gunung Pendul. Hanya dua sampel diantaranya yang layak untuk penanggalan K-Ar. Hasil penanggalan dua sampel sekis kuarsa-mika ini menunjukkan umur 98,049±2,10 jtl (sampel BY50-B1) dan 98,542±1.45 jtl (sampel BY50-B2) (Prasetyadi, 2007). Kedua umur absolut ini menunjukkan umur Cenomanian atau Kapur Akhir.
Pada umumnya filit dan sekis yang tersingkap di daerah Perbukitan Jiwo, Bayat memiliki struktur foliasi (S1) yang berkembang dengan baik. Struktur foliasinya menunjukkan arah umum utara-timurlaut – selatan-baratdaya (Prasetyadi, 2007). Di tempat tertentu, seperti yang dijumpai di lereng barat Gunung Jokotuo, pada suatu zona dengan lebar sekitar 100 m struktur foliasi telah mengalami perlipatan membentuk lipatan-lipatan mikro dengan jurus bidang sumbu berarah barat-timur (U285ºT) dan dengan kemiringan landai 10º ke utara. Zona lipatan mikro ini kemungkinan berkaitan dengan pensesaran naik dengan jurus berarah barat-timur. Disamping gejala perlipatan yang dijumpai secara lokal di tempat tertentu, satuan batuan metamorf di daerah Perbukitan Jiwo juga tersesarkan. Sesar naik dijumpai di lokasi Desa Pagerjurang, Kerikilan, K. kebo, dan Gedangan (Pendul). Sesar naik yang berkembang berjurus barat-timur dengan kemiringan ke arah selatan. Sesar mendatar geser kiri dijumpai di K. Kebo, Jokotuo dan K. Dengkeng dengan arah umum timurlaut-baratdaya.
Sumber : IAGEOUPN. 2010. Guide Book Field Trip Bayat-Karangsambung IAGEOUPN. Yogyakarta : Ikatan Alumni Geologi UPN.
Asikin, S. (1974) : Evolusi geologi Jawa Tengah dan sekitarnya ditinjau dari segi tektonik dunia yang baru. Laporan tidak dipublikasikan, disertasi, Dept. Teknik Geologi ITB, 103 hal.
Hamilton, W. (1979) : Tectonics of the Indonesian region. USGS Professional Paper, 1078, 345 p.
Prasetyadi (2007): Evolusi tektonik Paleogen Jawa Bagian Timur, disertasi ITB, tidak dipublikasikan.
Van Bemmelen, R. W. (1949) : The Geology of Indonesia, Vol. 1 A, Government Printing Office, Nijhoff, The Hague, 732 p.
No comments:
Post a Comment