1. Penentuan debit banjir dengan metode bangkitan Hidrograf Satuan Terukur
Apabila data hujan dari suatu wilayah ada, maka hasil dari analisis frekuensi dan IDF dapat dipakai untuk rancangan banjir kala ulang tertentu (misal 21,895 jam pada jam ke 1 dan 21,89 pada jam ke 2). Namun karena pada daerah Bogowonto dan Sembung tidak ada data aliran, maka kita menggunakan perhitungan dari contoh soal Sujono (1997) untuk banjir 30 mm pada jam ke 1 dan 20 mm pada jam ke 2).
Misal : setelah besarnya curah hujan dengan kala ulang 5 tahun diketahui (misal 163 mm/tahun), kemudian mencari nilai intensitas hujan dengan cara membuat IDF dengan rumus Mononobe di atas. Intensitas hujan sub DAS Bendungan untuk durasi (Tr) 2 jam adalah 43,79, seperti tampak pada tabel dibawah ini:
Contoh :
Distribusi Hujan selama 2 jam di Bedungan di Sub-DAS Sungai yaitu kala 5 tahun (43,79 mm), Hujan jam pertama (t1 = 21,895 mm) dan hujan jam kedua (t2 = 21,895 mm)
Diasumsikan hujan selama 2 jam tersebut terdistribusi 50% 50% sehingga masing-masing senilai t1 dan t2. Setelah ini ditemukan, maka dibuatlah bangkitan hidrograf dengan mensuperposisikan UH (Unit Hidrograf) dari HSS dengan hujan yang turun. Sebenarnya hujan rancangan dari analisis frekwensi ini masih dapat dikurangi lagi dengan banyaknya hujan yang terinfiltrasi, jika diinginkan, tetapi untuk bangkitan banjir tidak terlalu bermasalah.
- Siapkan hasil analisis frekuensi hujan yang telah anda kerjakan sesuai distribusi yang paling sesuai.
- Dari distribusi analisis frekuensi terpilih, tentukan besar hujan rancangan untuk kala ulang 5 th, 10 th.
- Buatlah perhitungan intensitas hujan menurut Mononobe untuk hujan terdistribusi 24 jam pada masing-masing kala ulang (pada acara V).
- Buatlah kurva IDF hasil perhitungan anda pada kertas milimeter blok, atau dapat dikerjakan dengan menggunakan Ms. Excell (pada acara V).
5. Menentukan nilai Tr, nilai Tr diperoleh dari T = 2 jam (Tr) pada grafik Mononobe pada halaman di atas (yang diblok).
- Hitung debit limpasan langsung (DRO, Direct Runoff) dengan memisahkan baseflow terlebih dahulu. Pemisahan baseflow dapat menggunakan cara linear: (y-y1)/(y2-y1) = (x-x1)/(x2-x1), dengan y2 adalah debit hidrograf yang terakhir dan y1 adalah debit hidrograf jam ke-0, serta x2 adalah jam terakhir pada data dan x1 adalah jam ke-0.
- Hitung volume limpasan langsung, jika absis dalam jam, maka dari m3/detik dikalikan 3600 (1 jam = 3600 detik). Volume limpasan langsung ditemukan (m3).
- Hitung tinggi limpasan langsung = volume limpasan langsung/luas DAS (ingat satuan harus sama).
- Ubah hasil perhitungan no 3 menjadi mm, disebut Pnetto.
- Cara Phi Index = (Ptotal – Pnetto)/lama hujan, sampai ditemukan Phi Index yang benar.
- Setelah ditemukan Phi Index, ditemukanlah hujan efektif, yaitu hujan yang terjadi dikurangi dengan Phi Index.
- Kemudian hitunglah unit hidrograf, jika hujan efektif berupa hujan tunggal tinggal membagi DRO dengan hujan efektif. Apabila ditemukan hujan ganda, UH dapat dicari dengan cara substitusi.
- Setelah UH selesai, hidrograf banjir dapat dicari dengan cara superposisi dari penjumlahan masing-masing hujan dikalikan dengan UH, ditambah dengan baseflow.
- Hidrograf banjir yang telah dihitung dapat digambarkan.
2. Penentuan debit banjir dengan metode Bangkitan HSS GAMA I
1. Menghitung semua parameter morfometri DAS (telah dihitung pada acara IV).
2. Membuat Hidrograf Satuan Sintetik Gama I dengan menggunakan empat rumus, yaitu dengan mencari debit puncak banjir (Qp dalam m3/dt), waktu dasar banjir (TB dalam jam), waktu naik (TR dalam jam), dan koefisien tampungan (K dalam jam). K digunakan untuk menetapkan kurva resesi hidrograf satuan yang pada dasarnya dapat didekati dengan persamaan eksponensial: Qt = Qp e –t/K
Rumus HSS Gama I (Sri Harto Br, 1993) yang digunakan adalah sebagai berikut:
TR = 0,43(L/100SF)3 + 1,0665 SIM + 1,2775
TB = 27,4132 TR0,1457 S -0.0986 SN0,7344 RUA0,2574
Qp = 0,1836 A0,5886 TR -0,4008 JN0,2381
K = 0,5617 A0,1798 S -0,1446 SF -1.0897 D0,0452, kemudian K dimasukkan ke dalam persamaan eksponensial kurva resesi. Dari keempat rumus ini dapat digambarkan hidrograf satuan sintetik Gama I.. Misalnya contoh hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut :3. Langkah terakhir adalah dengan membuat hidrograf banjir dari bangkitan hidrograf satuan sintetik dan menggambar debit puncak Modified Rational sebagai pembanding. Hujan rancangan untuk sub DAS Bendungan kala ulang 5 tahun (dengan durasi hujan (Tr) sekitar 2 jam) sebesar 43,79 mm. Diasumsikan hujan selama 2 jam tersebut terdistribusi 50% 50% sehingga diperoleh masing-masing nilai t1 dan t2 untuk hidrograf banjir HSS Gama I adalah 21,895 mm dan 21,895 mm.
4. Setelah itu, maka dibuatlah bangkitan hidrograf dengan mensuperposisikan UH (Unit Hidrograf) dari HSS dengan hujan yang turun. Contohnya sebagai berikut:
Bangkitan hidrograf banjir dari HSS Gama I dan Modified Rational:3 Penentuan Kondisi Banjir
Setelah menemukan hidrograf banjir pada penampang sungai, untuk menentukan apakah pada penggal sungai tersebut terjadi banjir atau tidak, maka kita perlu mengetahui kapasitas penampang sungai yang dilewati oleh banjir tersebut. Menentukan apakah pada penampang sungai rancangan terjadi banjir, caranya dengan menghitung Q pada penampang dengan rumus Qps = V.A, dimana Qps = debit pada penampang sungai (m3/detik); V = kecepatan aliran (m/detik); A = luas penampang (m). Kecepatan dicari dengan rumus Manning = dimana n = kekasaran permukaan; S = kemiringan sungai = beda tinggi dibagi panjang sungai pada penampang; R = dimana P = panjang penampang basah saat banjir (m); A = luas penggal sungai (m2)
.4 Penggrafikan debit (jika ada)
Dari data debit yang ada grafikkanlah debit harian rata-rata maupun debit banjirnya
No comments:
Post a Comment