Penggunaan citra radar untuk memetakan lahan dan penutup lahan telah menarik perhatian besar akhir-akhir ini karena citra radar merupakan sistem segala cuaca yang melengkapi fotografi udara. Citra radar secara visual juga tampak mirip dengan foto udara dan karakteristik citra umumnya seperti rona, tekstur, pola, bentuk, dan asosiasi dapat diterapkan pada interpretasi citra radar. (CP Lo,1986).
Penutup lahan (landcover) merupakan salah satu obyek yang tampak langsung pada citra radar. Oleh karena itu, interpretasi penutup lahan merupakan interpretasi yang sangat penting dan merupakan interpretasi awal pada interpretasi untuk tujuan tertentu (landuse).
Interpretasi yang dilakukan pada citra radar memiliki tingkat ketelitian yang bersifat umum (luas). Hal ini disebabkan tingkat klasifikasi penutup lahan yang dapat diinterpretasi tidak dapat dilakukan secara lebih mendetail (rinci). Tiap interpretasi pada penutup lahan / penggunaan lahan di suatu daerah berkaitan dengan data penginderaan jauh yang digunakan dalam proses interpretasi. Format interpretasi citra yang representatif terhadap beberapa tingkat klasifikasi penggunaan lahan / penutup lahan disesuaikan dengan tujuan penelitian yang dilakukan. Apabila diperlukan hasil interpretasi dengan tingkat ketelitian yang lebih rinci maka yang digunakan adalah foto udara dengan skala besar, sedangkan untuk interpretasi daerah yang relatif luas dengan mengacu pada tingkat klasifikasi yang lebih sederhana maka data penginderaan jauh yang digunakan ialah citra satelit. Untuk penginterpretasian lebih detail maka diperlukan data pendukung (tambahan) berupa sistem klasifikasi USGS. Sistem klasifikasi USGS ini disusun berdasarkan kriteria, antara lain : (1) tingkat ketelitian interpretasi minimum dengan menggunakan penginderaan jauh harus tidak kurang dari 85 %, (2) ketelitian interpretasi untuk beberapa kategori harus kurang lebih sama, (3) sistem klasifikasi harus dapat diterapkan untuk daerah yang luas, dan lain-lain. Dari beberapa kriteria diatas, maka sistem diatas dapat digunakan sebagai batasan dalam proses awal menginterpretasikan suatu obyek dalam data penginderaan jauh.
Citra SLAR memiliki dua sistem yaitu sistem synthetic aperture radar (SAR) dan sistem real aperture radar (RAR). Dari masing-masing sistem radar yang membedakannya ialah terletak pada antena yang akan menghasilkan beda resolusi spasial (Avery dan Berlin, 1985). Pada sistem SAR, antena yang digunakan adalah antena pendek yang dapat berfungsi seperti antena panjang. Hal ini dimungkinkan adanya efek Doppler yang mengakibatkan adanya gerak semu bagi obyek pada tiap pancaran pulsa radar sehingga lebar sorot antena menjadi lebih besar dan obyek yang berukuran sama pada sistem RAR tidak tergambar maka pada sistem SAR obyek tersebut dapat tergambar.
Salah satu keunggulan citra radar adalah adanya relief permukaan bumi yang diperjelas, artinya relief tergambar lebih jelas dari relief sebenarnya maupun dari gambaran pada jenis citra lainnya. Beberapa bentuk struktural misalnya adanya kelurusan dan patahan dapat dengan mudah dikenali, demikian pula untuk pola pengaliran (drainage pattern). Berdasarkan beberapa pola yang dapat dikenali tersebut, citra radar dapat digunakan untuk interpretasi bentuklahan. Interpretasi bentuklahan dari citra didasarkan atas keseragaman (homogenitas) tiga kriteria, yaitu :
Bentuk atau relief yang terlihat berdasarkan kekerasan permukaan atau bayangan.
Density atau rona obyek, yaitu tingkat kegelapan obyek yang tampak pada citra.
Lokasi, terutama letak bentuklahan yang bersangkutan dalam hubungannya dengan bentuklahan secara keseluruhan.
Karena resolusi citra radar lebih kasar daripada foto udara dengan ketinggian terbang rendah dan sedang, maka interpretasi citra radar jarang dilaksanakan dengan skala 1 : 125.000 atau lebih kecil dari itu. Jadi radar harus dipandang sebagai alat untuk pemetaan tinjau daripada untuk pemetaan rinci. Karena corak pandang sampingnya maka citra radar agak mirip foto udara yang diambil dalam kondisi sudut matahari rendah. Meskipun demikian dalam interpretasi citra radar kita harus ingat tentang efek panjang gelombang lawan “kekerasan” obyek, efek kandungan air dan kandungan logam, dan efek “pemantulan sudut”.
Ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam interpretasi citra radar. Meskipun SLAR tampak seperti foto udara yang dibuat pada pagi hari, cara perekamannya serta aspek geometriknya sangat berlainan. Foto udara direkam dengan sumbu kamera direkam tegak lurus terhadap permukaan bumi, sedang citra SLAR direkam dengan arah perekaman ke samping wahana. Pantulan obyek pada spektrum tampak dan perluasannya lebih bergantung pada jenis obyeknya, pantulan pulsa radar lebih bergantung pada relief (makro) dan kekasaran (mikro) nya.
Salah satu keunggulan citra SLAR dalah relief permukaan bumi gambarnya diperjelas, artinya relief tergambar lebih jelas dari relief sebenarnya maupun dari gambaran pada jenis citra lainnya. Keunggulan lainnya yaitu ujud kelurusan (lineament) yang diperjelas pula gambarnya. Kelurusan pada citra SLAR itu mungkin berupa sebuah lipatan yang menilik ujudnya berupa bukit monoklinal
Penutup lahan (landcover) merupakan salah satu obyek yang tampak langsung pada citra radar. Oleh karena itu, interpretasi penutup lahan merupakan interpretasi yang sangat penting dan merupakan interpretasi awal pada interpretasi untuk tujuan tertentu (landuse).
Interpretasi yang dilakukan pada citra radar memiliki tingkat ketelitian yang bersifat umum (luas). Hal ini disebabkan tingkat klasifikasi penutup lahan yang dapat diinterpretasi tidak dapat dilakukan secara lebih mendetail (rinci). Tiap interpretasi pada penutup lahan / penggunaan lahan di suatu daerah berkaitan dengan data penginderaan jauh yang digunakan dalam proses interpretasi. Format interpretasi citra yang representatif terhadap beberapa tingkat klasifikasi penggunaan lahan / penutup lahan disesuaikan dengan tujuan penelitian yang dilakukan. Apabila diperlukan hasil interpretasi dengan tingkat ketelitian yang lebih rinci maka yang digunakan adalah foto udara dengan skala besar, sedangkan untuk interpretasi daerah yang relatif luas dengan mengacu pada tingkat klasifikasi yang lebih sederhana maka data penginderaan jauh yang digunakan ialah citra satelit. Untuk penginterpretasian lebih detail maka diperlukan data pendukung (tambahan) berupa sistem klasifikasi USGS. Sistem klasifikasi USGS ini disusun berdasarkan kriteria, antara lain : (1) tingkat ketelitian interpretasi minimum dengan menggunakan penginderaan jauh harus tidak kurang dari 85 %, (2) ketelitian interpretasi untuk beberapa kategori harus kurang lebih sama, (3) sistem klasifikasi harus dapat diterapkan untuk daerah yang luas, dan lain-lain. Dari beberapa kriteria diatas, maka sistem diatas dapat digunakan sebagai batasan dalam proses awal menginterpretasikan suatu obyek dalam data penginderaan jauh.
Citra SLAR memiliki dua sistem yaitu sistem synthetic aperture radar (SAR) dan sistem real aperture radar (RAR). Dari masing-masing sistem radar yang membedakannya ialah terletak pada antena yang akan menghasilkan beda resolusi spasial (Avery dan Berlin, 1985). Pada sistem SAR, antena yang digunakan adalah antena pendek yang dapat berfungsi seperti antena panjang. Hal ini dimungkinkan adanya efek Doppler yang mengakibatkan adanya gerak semu bagi obyek pada tiap pancaran pulsa radar sehingga lebar sorot antena menjadi lebih besar dan obyek yang berukuran sama pada sistem RAR tidak tergambar maka pada sistem SAR obyek tersebut dapat tergambar.
Salah satu keunggulan citra radar adalah adanya relief permukaan bumi yang diperjelas, artinya relief tergambar lebih jelas dari relief sebenarnya maupun dari gambaran pada jenis citra lainnya. Beberapa bentuk struktural misalnya adanya kelurusan dan patahan dapat dengan mudah dikenali, demikian pula untuk pola pengaliran (drainage pattern). Berdasarkan beberapa pola yang dapat dikenali tersebut, citra radar dapat digunakan untuk interpretasi bentuklahan. Interpretasi bentuklahan dari citra didasarkan atas keseragaman (homogenitas) tiga kriteria, yaitu :
Bentuk atau relief yang terlihat berdasarkan kekerasan permukaan atau bayangan.
Density atau rona obyek, yaitu tingkat kegelapan obyek yang tampak pada citra.
Lokasi, terutama letak bentuklahan yang bersangkutan dalam hubungannya dengan bentuklahan secara keseluruhan.
Karena resolusi citra radar lebih kasar daripada foto udara dengan ketinggian terbang rendah dan sedang, maka interpretasi citra radar jarang dilaksanakan dengan skala 1 : 125.000 atau lebih kecil dari itu. Jadi radar harus dipandang sebagai alat untuk pemetaan tinjau daripada untuk pemetaan rinci. Karena corak pandang sampingnya maka citra radar agak mirip foto udara yang diambil dalam kondisi sudut matahari rendah. Meskipun demikian dalam interpretasi citra radar kita harus ingat tentang efek panjang gelombang lawan “kekerasan” obyek, efek kandungan air dan kandungan logam, dan efek “pemantulan sudut”.
Ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam interpretasi citra radar. Meskipun SLAR tampak seperti foto udara yang dibuat pada pagi hari, cara perekamannya serta aspek geometriknya sangat berlainan. Foto udara direkam dengan sumbu kamera direkam tegak lurus terhadap permukaan bumi, sedang citra SLAR direkam dengan arah perekaman ke samping wahana. Pantulan obyek pada spektrum tampak dan perluasannya lebih bergantung pada jenis obyeknya, pantulan pulsa radar lebih bergantung pada relief (makro) dan kekasaran (mikro) nya.
Salah satu keunggulan citra SLAR dalah relief permukaan bumi gambarnya diperjelas, artinya relief tergambar lebih jelas dari relief sebenarnya maupun dari gambaran pada jenis citra lainnya. Keunggulan lainnya yaitu ujud kelurusan (lineament) yang diperjelas pula gambarnya. Kelurusan pada citra SLAR itu mungkin berupa sebuah lipatan yang menilik ujudnya berupa bukit monoklinal
No comments:
Post a Comment