Translate This !

Thursday, April 1, 2010

JENIS TANAH HISTOSOL


Histosol lebih dikenal sebagai tanah gambut. Jenis tanah ini tersebar di seluruh dunia walaupun luasnya hanya meliputi 2% dari luas tanah di dunia. Histosol terbentuk apabila produksi dan penimbunan bahan organik lebih besar dari mineralisasinya. Keadaan seperti ini terdapat di daerah – daerah yang selalu digenangi air sehingga sirkulasi oksigen sangat terhambat. Oleh karena itu, dekomposisi bahan organik terhambat dan terjadilah akumulasi bahan organik. Pembentukan Histosol tidak dipengaruhi oleh iklim. Oleh karena itu, tanah ini dapat ditemukan berasosiasi dengan segala macam tanah. Misalnya saja, kadang – kadang tanah ini ditemukan berasosiasi dengan Aridisol atau tanah yang kering.

A. Sifat Morfologi Tanah
       Tanah jenis ini mempunyai  ciri dan sifat antara lain ketebalannya tidak lebih dari 0,5m, warnanya coklat kelam sampai hitam, tekstur debu – lempung, tidak berstruktur, konsistensi tidak lekat -  agak lekat, kandungan organik terlalu banyak  yaitu lebih dari 30 % untuk tanah tekstur lempung dan lebih dari 20% untuk tanah tekstur pasir, umumnya bersifat asam (pH 4,0), dan kandungan unsur hara rendah. Sebagai bahan koloid kuat yang mampu ikat air, mengandung mineral sesuai dengan kategori termuda, kadar C » 58%, H » 5,5%, O » 34,5% dan N » 2%, BJ dan BV rendah
Kebanyakan Histosol mempunyai bulk density  kurang dari 1g/cc, bahkan ditemukan Histosol dengan bulk density 0,06 g/cc. Makin lanjut tingkat dekomposisi bahan organik, bulk density makin meningkat. Jumlah bagian mineral tanah dan jenis vegetasi  juga menentukan bulk density.
       Histosol mempunyai kadar air sangat tinggi, baik atas dasar volume maupun berat tanah. Kebanyakan air tertahan dalam poripori kasar (air gravitasi) atau dalam poripori yang sangat halus sehingga tidak tersedia air untuk tanaman. Karena Histosol mengkerut bila kering, maka sifat kelembabannya lebih baik apabila didasarkan pada volume basah.
            Kapasitas Tukar Kation (KTK) tanah Histosol disebabkan oleh gugusan karboksil dan phenolik, dan juga mungkin gugus fungsional yang lain. Gugusan – gugusan fungsional yang lain tersebut bertambah seiring dengan bertambahnya dekomposisi bahan organik sehingga kapasitas tukar kation meningkat hingga 200 cmol (+) /kg atau lebih tinggi. Muatan dalam bahan organik ini adalah muatan tergantung pH, sehingga kapasitas tukar kation tanah Histosol dapat berubah dari 10-20 cmol (+) /kg pada pH 3,7 menjadi lebih dari 100 cmol (+)/kg pada pH 7.
Adanya horison tak berstruktur karena mengandung bahan organik yang sangat banyak sehingga tak alami perkembangan profil. Tetapi berbentuk seperti pasta yang dapat menghambat drainase, sehingga air menggenang di musim hujan dan merusakkan pertumbuhan tanaman.
             
B. Potensi Tanah
            Tanah Histosol dapat digunakan untuk usaha pertanian, tetapi dengan syarat harus dilakukan perbaikan drainase terlebih dahulu. Sebagai akibatnya, akan terjadi penyusutan volume tanah (subsidence). Besarnya penyusutan dipengaruhi oleh dalamnya saluran drainase sebagai berikut :
                                                Y = (X – 2,45) / 14,77
     Dimana Y adalah besarnya subsidence ( inch / tahun ) dan X adalah rata – rata dalamnya saluran (inchi). Kebakaran merupakan bahaya yang sering terjadi pada Histosol yang telah diperbaiki drainasenya.
Apabila pembukaan lahan dilakukan dengan cara pembakaran hutan dan gambut yang dimaksudkan untuk  membebaskan garam terlarut dan mempertinggi pH maka akan timbul beberapa kerudian. Diantaranya adalah :
a.       Reaksi gambut yang kaya kapur menjadi alkalis
b.      Hilangnya gambut sebabkan tanah bawah tersembul
c.       Lapisan bahan organik yang subur di permukaan tanah hilang terbakar
d.      Permukaan gambut menjadi rendah
e.       Di musim kemarau sangat membahayakan lingkungan sekitar
f.       Garam-garam yang basah, akibat pembakaran, akan dilarutkan dan dihanyutkan air hujan.
g.      Pada musim kemarau, kepekatan garam air tanah sangat tinggi sehingga merusakkan tumbuhnya tanaman
            Jenis tanaman yang dapat diusahakan pada tanah Histosol tergantung dari iklim di mana tanah tersebut ditemukan. Karena bulk density yang rendah, tanah ini sesuai untuk ditanami macam – macam tanaman sayur – sayuran. Sering juga ditanami bawang merah, kentang, dan wortel. Di Indonesia sendiri, banyak digunakan untuk bertanam padi terutama tanah – tanah gambut yang tidak terlalu dalam karena cukup subur.
            Tanah gambut yang dalam umumnya kurang subur dibandingkan yang lebih dangkal karena tanah gambut dangkal berasal dari sisa – sisa vegetasi hutan yang lebih kaya unsur hara daripada gambut dalam. Pada gambut dangkal, pertumbuhan vegetasi hutan umumnya masih dipengaruhi oleh air sungai yang banyak mengandung unsur hara. Selain itu, akar – akar vegetasi masih dapat masuk ke dalam tanah mineral di bawahnya untuk menyerap unsur hara sehingga vegetasi yang tumbuh dan kemudian membusuk di tempat ini banyak pula mengandung unsur hara. Apabila gambut ini makin tebal, maka tinggi permukaan tanah gambut dapat menjadi lebih tinggi dari permukaan air sungai, sehingga air sungai tidak lagi pernah meluap di atas permukaan gambut ini. Akibatnya air yang tersedia di situ hanyalah air hujan yang miskin unsur hara, sehingga tanaman yang tumbuh di atasnya menjadi miskin unsur hara. Demikian pula makin tebal gambut maka vegetasi hutan yang tumbuh di situ, akar – akarnya tidak lagi dapat mencapai lapisan tanah mineral yang lebih kaya unsur hara. Oleh karena itu, sisa – sisa vegetasi yang tertimbun di permukaan tanah ini juga  merupakan gambut yang kurus.
            Tanah gambut sering digunakan sebagai sumber energi (sumber bahan bakar).  Selain itu, Histosol mempunyai daya menyangga (bearing capacity) sangat rendah sehingga pembuatan bangunan di atasnya banyak mengalami kesulitan.

C. Agihan Distribusi
            Di Indonesia, tanah Histosol  merupakan golongan kedua terluas setelah podsolik dan menempati 10% dari daratan Indonesia. Penyebaran tanah Histosol sebagian besar di Sumatra (4,3 juta ha), Kalimantan (9,3 juta ha) dan Papua (4,6 juta ha) yang ditaksir mencakup areal seluas 18,2 juta ha dan merupakan nomor empat terbesar di dunia setelah Kanada, Rusia dan Amerika Serikat. Untuk melihat distribusinya, dapat dilihat dari pembagian tanah Histosol berdasarkan penyebaran topografinya, yaitu:
1.      Gambut ombrogen
Penyebarannya di daerah dataran pantai Sumatra, Kalimantan dan Papua. Terletak di dataran pantai yang berawa, mempunyai ketebalan 0,5 m – 16 m. Terbentuk dari sisa tumbuhan hutan dan rawa dan hampir selalu tergenang air.
2.      Gambut topogen
Terbentuk di daerah cekungan (depresi) antara rawa – rawa di daerah dataran rendah maupun di pegunungan, berasal dari sisa tumbuhan rawa, ketebalan 0,5 m – 6 m, bersifat agak asam, kandungan unsur hara relatif tinggi. Contohnya berada di Rawa Pening, Ambarawa, dan Segara Anakan, Cilacap.
3.      Gambut pegunungan
Contohnya ada di pegunungan Dieng. Gambut jenis ini terbentuk di daerah pegunungan dan terbentuk dari sisa – sisa tumbuhan.

Sumber :
Hardjowigeno, Sarwono, Prof. Dr. Ir. H. 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis.
Jakarta : Penerbit Akademika Pressindo

Jamulya dan Suratman Woro Suprojo. 1993. Pengantar Geografi Tanah. Yogyakarta :
Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada. 

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...