Translate This !

Thursday, December 9, 2010

MIND-MAP PENYUSUNAN SATUAN BENTUKLAHAN


Menurut Strahler (1983), bentuklahan adalah konfigurasi permukaan lahan yang dihasilkan oleh proses alam. Lebih lanjut Whitton (1984) menyatakan bahwa bentuklahan merupakan morfologi dan karakteristik permukaan lahan sebagai hasil interaksi antara proses fisik dan gerakan kerak dengan geologi lapisan permukaan bumi. Berdasarkan kedua definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa bentuklahan merupakan bentang permukaan lahan yang mempunyai relief khas karena pengaruh kuat dari struktur kulit bumi dan akibat dari proses alam yang bekerja pada batuan di dalam ruang dan waktu tertentu. Masing-masing bentuklahan dicirikan oleh adanya perbedaan dalam hal struktur dan proses geomorfologi, relief/topografi dan material penyusun (litologi).

          Struktur geomorfologi memberikan informasi tentang asal-usul (genesa) dari bentuklahan. Proses geomorfologi dicerminkan oleh tingkat pentorehan atau pengikisan, sedangkan relief ditentukan oleh perbedaan titik tertinggi dengan titik terendah dan kemiringan lereng. Relief atau kesan topografi memberikan informasi tentang konfigurasi permukaan bentuklahan yang ditentukan oleh keadaan morfometriknya. Litologi memberikan informasi jenis dan karakteristik batuan serta mineral penyusunnya, yang akan mempengaruhi pembentukan bentuklahan.
          Aspek-aspek penyusun satuan bentuklahan seperti yang telah diuraikan di atas, dapat diinterpretasikan dari peta maupun foto udara, yang kemudian dilakukan cek lapangan. Interpretasi foto udara akan memberikan gambaran proses geomorfologi seperti erosi, sedimentasi, pelapukan dan gerak massa batuan. Disamping itu juga dapat memberikan gambaran tingkat pentorehan dan relief permukaan secara kualitatif. Interpretasi fotogeomorfologi tersebut dilakukan dengan mendasarkan pada karakteristik foto udara yang meliputi rona, tekstur, struktur, pola, ukuran, bentuk, site dan situasi. Kenampakan-kenampakan proses geomorfologi tertentu akan memberikan karakteristik yang khas pula pada foto udara. Tingkat pentorehan yang bersifat kualitatif dapat dinyatakan dengan membandingkan kerapatan dan besar alur yang tampak pada foto udara, demikian pula dengan relief yang secara umum dapat dilihat dan dibedakan berdasarkan bentuk, ukuran, pola dan teksturnya.
          Informasi beda tinggi yang dapat dipakai untuk mencerminkan relief dapat ditentukan berdasarkan pola kontur. Beda tinggi, kenampakan dan kerapatan alur, serta kemiringan lereng dapat pula ditentukan melalui peta topografi. Interpretasi peta geologi menghasilkan informasi struktur geologi dan litologi, serta secara tidak langsung dapat dipakai untuk menentukan tingkat resistensi batuan, kaitannya dengan proses pelapukan dan erosi. Berdasarkan informasi struktur seperti dip-strike, kekar, sesar dan lainnya, serta proses geomorfologi yang ada, maka dapat diperkirakan apakah suatu bentuk perbukitan termasuk tipe denudasional atau struktural-denudasional.

            Interpretasi ketiga sumber data tersebut (foto udara, peta topografi dan peta geologi), menghasilkan peta satuan bentuklahan sementara (tentatif). Berdasarkan peta tersebut, kemudian dilakukan cek lapangan untuk mendapatkan data tambahan sekaligus mencocokkan tingkat kebenaran peta yang dibuat (kontrol di lapangan). Data hasil cek lapangan dipakai untuk mengoreksi dan membenahi peta tentatif satuan bentuklahan, sehingga dihasilkan peta satuan bentuklahan akhir. Secara stratified (strata bentuklahan), maka peta akhir tersebut dapat dipakai sebagai dasar pengamatan, pengukuran, pengambilan sampel dan analisis data fisik lahan tertentu sesuai tujuan penelitian, kaitannya dengan terapan geomorfologi untuk tujuan tertentu. Untuk lebih jelasnya, secara sistematis penyusunan satuan bentuklahan dapat dilihat pada Gambar 2.1. berikut ini.
Gambar 2.1. Prosedur Pembuatan Peta Satuan Bentuklahan



No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...