Translate This !

Sunday, January 2, 2011

Dipole Mode

Dipole mode disingkat DM merupakan fenomena yang mirip dengan ENSO tetapi terjadi di Samudera Hindia. Peristiwa dipole mode ditandai adanya perbedaan anomali suhu permukaan laut (SPL) antara Samudera Hindia tropis bagian barat (50 oE – 70 oE, 10 oS – 10 oN) dengan Samudera Hindia tropis bagian timur (90 oE – 110 oE, 10 oS – ekuator). Anomali SPL ini memiliki kondisi yang lebih dingin dari normal dan muncul dipantai barat Sumatera (Samudera Hindia bagian timur), sementara di Samudera Hindia bagian barat terjadi pemanasan dari biasanya.
Jenis DM dibagi berdasarkan SPL antara Samudera Hindia tropis bagian barat (50 oE – 70 oE, 10 oS – 10 oN,kotak A) dengan Samudera Hindia tropis bagian timur (90 oE – 110 oE, 10 oS – ekuator,kotak B) pada Gambar 1.
Gambar 1.


Dipole mode dibagi menjadi menjadi DM(+) dan DM (-).
1.      DM(+):anomali SPL Samudera Hindia tropis bagian barat lebih besar daripada di bagian timurnya akibatnya terjadi peningkatan curah hujan dari normalnya di pantai timur Afrika dan Samudera Hindia bagian barat sedangkan di Benua Maritim Indonesia (BMI) mengalami penurunan curah hujan dari normalnya yang menyebabkan kekeringan.
2.      DM(-):Fenomena yang berlawanan dengan kondisi DM(+) seperti yang dikemukakan Ashok et al., (2001a).
Dipole Mode (+) dan (-)

DM terjadi secara independen dengan ENSO dan merupakan fenomena kopel atmosfer-laut yang unik di Samudera Hindia tropis (Saji et.al, 1999; Ashok et.al, 2001a).
Variasi dampak dipole mode interaksinya dengan monsun sangat beragam dan merupakan fungsi waktu dan tempat.
Untuk mengetahui kekuatan Dipole Mode maka dapat dihitung dengan indeks yang disebut dengan Indeks Dipole Mode yang digunakan oleh Saji (1999).Indeks ini berupa dipole anomali SPL yang didefinisikan sebagai perbedaan anomali SPL Samudera Hindia bagian barat (50o – 70o BT, 10o LS – 10o LU) dan Samudera Hindia bagian timur (90o – 110o BT, 10o LS – ekuator).

Tahapan Siklus DM:
  1. Muncul anomali SPL negatif di sekitar selat Lombok hingga selatan Jawa pada bulan Mei – Juni, bersamaan terjadi anomali angin tenggara yang lemah di sekitar Jawa dan Sumatera.
  2. Anomali terus menguat (Juli – Agustus) dan meluas sampai ke ekuator di sepanjang pantai selatan Jawa hingga pantai barat Sumatera. Kondisi diatas dibarengi munculnya anomali positif SPL di Samudera Hindia bagian barat. Adanya dua kutub di Samudera Hindia ekuator ini, semakin memperkuat anomali angin tenggara di sepanjang ekuator dan pantai barat Sumatera.
  3. Siklus mencapai puncaknya pada bulan Oktober, dan selanjutnya menghilang dengan cepat pada bulan November – Desember.

Karena memiliki sifat fasa yang sistematik secara musiman, maka analisa komposit DM dapat dilakukan (Saji et.al. 1999) dengan tujuan agar dapat mendeskripsikan evolusi DM terkopel kuat (warna biru) dengan variabilitas angin ekuatorial (warna merah) di Samudera Hindia ekuator bagian timur (70o – 90oBT, 5oLS – 5oLU) seperti diperlihatkan pada Gambar 2.

Kejadian DM sejak 1958 yang diidentifikasi berdasarkan deret waktu DM (warna biru), selain itu juga diberikan deret waktu anomali SPL Niño 3 (150o – 90o BB, 5o LS – 10o LU) untuk memperlihatkan kaitan antara DM dengan El Niño (warna hitam). Sedangkan garis warna merah merupakan angin ekuatorial rata-rata di atas Samudera Hindia bagian timur. 
Pada saat terjadi DM, curah hujan di Afrika berada di atas normal sedangkan di Indonesia terjadi penurunan dari kondisi normalnya (Saji et.al., 1999; Ashok et al., 2001).
Saat DM terjadi penurunan curah hujan di atas daerah konvergensi tropis samudera atau DKTS dan peningkatan curah hujan di Samudera Hindia tropis bagian barat.
Saat DM terjadi, SPL di lepas pantai Sumatera yang mulai mendingin akan menyebabkan konveksi di DKTS menjadi melemah sehingga terjadi perubahan tekanan udara permukaan yang membuat angin pasat tenggara meluas dan konvergen ke arah downstream. Perubahan ini mempertajam konvergensi medan angin skala besar dan suplai uap air ke arah perluasan downstream di ujung daerah angin pasat, sehingga memperbesar presipitasi ke arah barat laut dari posisi normal DKTS. Perluasan angin pasat yang tidak normal ini juga menghentikan suplai panas normal ke lepas pantai Sumatera. Perluasan angin pasat yang tidak normal dengan komponen timuran sepanjang ekuator dengan cara mencegah intrusi arus ekuator, memungkinkan proses pendinginan mendominasi Indonesia (Saji et.al, 1999).

DM merupakan fenomena sistem kopel atmosfer-laut yang memiliki mekanisme fisis yang mirip dengan ENSO, akan tetapi secara statistik tidak bergantung pada ENSO (Saji et al., 1999; Webster et al., 1999; Ashok et al., 2001).
Ketidakbergatungan DM terhadap ENSO salah satunya ditunjukkan oleh adanya kejadian DM yang independen terhadap ENSO seperti tahun 1961 dan 1967 (Saji et.al, 1999).
Godfrey et al., (2002), korelasi DM-ENSO tergantung pada evolusi kejadiannya yang ditunjukkan dari musim ke musim dimana diperoleh korelasi yang kuat terjadi pada bulan September-Oktober.

Skema pola ENSO Indo-Pasifik terdiri dari :
Anomali SPL ENSO Pasifik
Dipole anomali SPL timur-barat Samudera Hindia ekuatorial
Dipole anomali osilasi utara-selatan Samudera Hindia
Dipole anomali SPL di Pantai Amerika utara
Dipole anomali SPL di pantai Benua Asia (Pasifik barat daya).

Kejadian El Niño tahun 1997-1998 yang cenderung menimbulkan kekeringan di India tetapi dikurangi pengaruhnya oleh DM(+) yang terjadi bersamaan dengan El Niño (Ashok et al., 2001a).Fenomena ini menunjukan DM tidak hanya berpengaruh pada sirkulasi zonal (timur-barat) tetapi juga pada sirkulasi meridional (utara-selatan).
Sedangkan pola osilasi indeks DM memiliki puncak pada 18,36,48 bulan,seperti yang ditunjukan 

Dengan menggunakan FFT (salah satunya ada di matlab) bisa diketahui periode curah hujan suatu stasiun, dan ketika diketahui periodenya ( misal 18 atau 36 bulanan) maka kemungkinan besar curah hujan distasiun tersebut dipengaruhi oleh DM mengingat DM memiliki perioda 18,36 dan 48 bulan. Jika terdapat pengaruh lainnya maka dilakukan proses FFT yang beberapa kali sehingga bisa menyaring siklus yang di inginkan dan membuang siklus yang tidak diperlukan.
Untuk lebih jelas tentang DM(+) dan DM (-) maka dapat dilihat gambar dibawah ini yang berasal dari JAMSTEC.

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...