Survey and Geomorphological Mapping in Southwestern Slopes of the Structural hills at Sumberharjo Village, Sleman.
Survey dan pemetaan geomorfologi sangatlah penting untuk bisa mendeskripsikan secara genetis bentuklahan dan proses-proses yang terjadi di masa lalu maupun masa sekarang dan hubungannya dengan bentuklahan dalam susunan keruangan. (Van Zuidam, 1979). Hal ini dimaksudkan agar pembangunan dan pengembangan suatu wilayah dapat berjalan secara efisien dan sesuai dengan syarat-syarat kelestarian lingkungan. (Dibyosuprapto, 2001).
Survey dan pemetaan geomorfologi dilakukan pada sekuen medan yang secara administrasi terletak di Desa Sumberharjo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Lokasi ini dipilih karena secara fisiografis memiliki keberagaman, dari mulai dataran hingga perbukitan. Kondisi fisiografis yang beragam ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya oleh proses geomorfologi, geologi dan selanjutnya dikerjai oleh iklim. Hasil dari kerjasama faktor tersebut adalah satuan bentuklahan .
Hasil survey dan pemetaan geomorfologi yang dilakukan pada tanggal 18 Desember 2010 untuk pemetaan detil geomorfologi pada sekuen medan ( 49 M 444955 9135982 sampai dengan 49M 446061 9135338) menunjukkan bahwa ia memiliki enam unit bentuklahan. Keenam satuan bentuk lahan tersebut masih dalam satuan bentuklahan utama yang berdasarkan genesisnya dikontrol oleh proses struktural, sehingga unit bentukalahan yang da yaitu dataran kaki perbukitan struktural, lereng kaki perbukitan struktural, lereng bawah perbukitan struktural, lereng tengah perbukitan struktural, lereng atas perbukitan struktural dan puncak bukit perbukitan struktural.
Unit bentuklahan dataran kaki perbukitan struktural memiliki kondisi topografi yang relatif datar, yaitu pada ketinggian 108mdpal hanya memiliki kemiringan 0-1% dan beda tinggi yang tidak mencapai 1 meter. Letak dataran ini berada pada posisi 305 NE dari lereng perbukitan struktural dan berhadapan secara langsung. Dengan begitu pada daerah dataran kaki ini tanah yang berkembangnya berbahan induk hasil deposisi rombakan perbukitan yang menghadapnya yang terbawa oleh overlandflow ketika hujan. Hasil identifikasi profil tanahnya yang telah berkembang, menunjukkan bahwa telah terjadi proses agradasi. Hal tersebut ditujukkan dengan solum tanah yang tebal mecapai >90 cm, pH 6,8, tekstur lempung berpasir dan berdrainase buruk yang mengindikasikan bahwa tanahnya sering tergenang secara periodik. Kondisi air tanah dan air permukaan yang baik pada unit bentuklahan dataran kaki ini membuat aksesbilitas penduduk untuk mendapatkan air cukup mudah, sehingga pada bentuklahan ini banyak ditemukan permukiman, sawah dan kebun campuran.
Unit bentuklahan lereng kaki hingga lereng atas perbukitan struktural secara umum memiliki topografi yang kasar dengan kemiringan 9% hingga 20% , bentuk lereng cekung, dan beda tinggi hingg alebih dari 2 meter. Proses yang dominan terjadi saat ini secara keseluruhan adalah proses pelapukan dan proses erosi yang sangat intensif. Erosi intensif ini dapat dilihat dari banyaknya singkapan batuan, erosi parit yang berkembang dan tipisnya solum tanah yang berkembang. Bahkan pada beberapa titik ditemukan adanya gerak masa batuan baik yang berupa micro rockfall maupun longsor. Tersingkapnya batuan karena intensifnya erosi pada perbukitan struktural ini menyingkap formasi batuan penyusun bentuklahan tersebut. Formasi batuan yang teridentifikasi berdasarkan informasi dari peta Geologi Lembar Yogyaakarta Skala 1:100.000 dan pengecekan lapangan adalahh formasi semilir dengan perlapisan batuan antara batu pasir, breksi tuff dan tuff. Hasil pengukuran dip-strike perlapisan batuannya diketahui bahwa formasi batuan ini memiliki dip sebesar 38 derajat dengan arah perlapisan yang dominan ke karah barat daya (245 NE). Kondisi tanah yang tipis dan langsung kontak dengan batuan yang merupakan aquifer yang buruk menyebabkan kondisi baik air tanah maupun air permukaanya tidak menyediakan akses yang baik bagi penduduk, oleh karena itu pada daerah perbukitan ini jaarang dijumpai permukiman. Adapun penggunaan lahan yang dominan di lereng perbukitan struktual ini adalah kebun campuran yang telah menerapkan upaya konservasi teras kontur untuk mencegah erosi maupun longsor.
Unit bentuklahan puncak bukit struktural memiliki topografi yang relatif landai dengan kemiringan 2%-9% dengan bentuk lereng yang relatif cembung. Kondisi yang demikian menyebabkan perkembangan solum tanahnya cukup tebal sehingga pada puncak bukit ini banyak dimanfaatkan untuk sawah tadah hujan , ladang dan kebun campuran.
Hasil cek lapangan secara keseluruhan pada sekuen medan yang melintasi desaa Sumberharjo dapat disimpulkan bahwa proses utama pengontrol unit medan dan unit bentuklahan yang ada merupakan hasil proses struktural pada jaman tersier. Informasi tersebut diperoleh dari struktur dan formasi batuan penyusunnya yaitu formasi semilir (Tmse) yang terdeformasi akibat tenaga endogen dan akhirnya membentuk perbukitan angkatan. Dikarenakan proses deformasi batuannya tidak seintensif di jaman tersier, dengan kondisi iklim yang ada maka proses pelapukan dan erosi menjadi sangat intensif dan perlahan-lahan perbukitan angkatan ini mulai terdenudasi.
No comments:
Post a Comment